Dokter Singapura pun Sempat Menyerah
Kanker adalah penyakit yang mematikan. Biaya mahal dan pengobatan
yang menyakitkan, seringkali membuat orang kehilangan harapan. Dokter
Greta Zahar dkk mencoba mengembangkan metode pengobatan alternatif yang
unik.
KELUARGA Agustinus Imam Istiyanto (61)
kini agak berlega hati. Mereka gembira melihat perkembangan kesehatan
Imam yang menunjukkan tanda-tanda membaik.
Dosen Teknik Industri ITB itu mengikuti terapi balur dan divine
kretek di Rumah Balur yang dikelola Dr Greta Zahar (72) di Jl Otista,
Jakarta Timur, mulai 11 Agustus lalu.
Pada Oktober 2010, Imam Istiyanto diketahui menderita kanker jenis
Merkel Cell Carcinoma yang dikenal ganas. Upaya pengobatan kemoterapi
dilakukannya hingga ke Singapura. Namun dokter di negeri jiran itu
menyerah. Keluarga Imam tak mau berhenti mencoba. Pengobatan pun
dilanjutkan ke China. Ternyata di Negeri Tirai Bambu itu, juga tidak
muncul harapan.
”Pulang dari China akhir Juli lalu, kondisinya menyedihkan. Kakak
saya nggak bisa menelan makanan karena mulutnya penuh sariawan. Dia
harus diinfus. Levernya bengkak karena bekerja keras menetralisasi
kemoterapi. Tubuhnya sangat lemah. Dia sudah benar-benar pasrah,” kata
Christiana Retnaningsih, adiknya, yang dosen Unika Soegijapranata itu.
Pada 22 Juli 2011, Retnaningsih mengikuti bincang-bincang Redaksi
Suara Merdeka dengan Prof Dr Sutiman B Sumitro, ahli biologi molekuler
dari Universitas Brawijaya Malang tentang terapi asap kretek (dinamai
divine kretek) dan balur untuk penyembuhan kanker.
Terapi ini ditemukan dan dikembangkan oleh Dr Greta Zahar, ahli
fisika nuklir lulusan Jerman. Dalam forum itu, Prof Sutiman memberikan
latar belakang sainsnya dari terapi balur dan asap divine kretek
tersebut.
Banyak orang yang telah terselamatkan dengan metoda tersebut.
Termasuk istri Prof Sutiman, Tintrim Rahayu, yang terkena kanker
payudara stadium tinggi dan dua kali operasi.
Orang penting lain yang tersembuhkan adalah dr Subagyo, ketua Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) Malang. Istri Subagyo, yaitu dokter Saraswati,
kini satu tim dengan Prof Sutiman dan Dr Greta mengembangkan terapi
balur dan divine kretek untuk mengatasi kanker dan berbagai penyakit
lainnya.
Retnaningsih merasa beruntung bisa ikut forum di Suara Merdeka. Dari
acara itu, dia pun mendapat undangan untuk ikut seminar hari berikutnya,
di mana Prof Sutiman dan dr Saraswati tampil di forum yang diikuti
banyak dokter dan ahli.
”Saya beruntung sekali karena di forum itu saya bisa berdekatan
dengan Ibu Tintrim Rahayu sehingga bisa menggali cerita penderitaannya
dan kesembuhannya,” kata Retnaningsih.
Cerita, pengetahuan baru, dan bahan-bahan seminar yang dia dapat itu
dikirimkan ke kakaknya di Bandung. Dia merasa senang kakaknya akhirnya
mengikuti terapi di rumah balur Dr Greta.
”Pada hari kelima terapi, kondisi kakak saya sudah agak membaik.
Perutnya mengecil. Dia sudah bisa jalan agak lama dan menikmati makanan
kesukaannya, soto. Sikapnya lebih optimistik dan rasa humornya sudah
mulai muncul,’’ aku Retnaningsih.
”Kemarin dia cerita ikut bersih-bersih kamarnya untuk menghilangkan
kejenuhan, tapi sambat masih gampang lelah,” kata Retnaningsih,
Dosen Unika yang saat ini mengikuti program doktoral di Fakultas Kedokteran Undip itu menilai, kemajuan yang didapat kakaknya tergolong luar biasa dibanding kondisi awal Agustus lalu. ”Namun jalan yang harus ditempuh masih panjang. Harus sabar dan tetap memelihara harapan,” katanya.
Terapi untuk penyembuhan kanker yang dilakukan di rumah balur itu
mengombinasikan tiga cara, yakni balur, asupan asap divine kretek, dan
asupan asam amino. Fungsinya untuk meluruhkan dan mengeluarkan radikal
bebas, yang menjadi sumber penyakit, dari dalam tubuh penderita,
”Jika penyebabnya sudah bisa diatasi, kita percaya sistem tubuh
pemberian Tuhan yang sangat kompleks ini akan melakukan recovery dengan
sendirinya,” kata Prof Sutiman.
Menurut Ketua Lembaga Peluruhan Radikal Bebas Malang dr Saraswati,
radikal bebas adalah senyawa kimia aktif dalam fase gas dan bermuatan
listrik. Jika jumlahnya terkendali, ia bermanfaat untuk menjalankan
proses kehidupan.
Sebaliknya, jika dalam keadaan berlebihan, radikal bebas dapat
mengganggu dan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, diabetes,
autis, rematik, alergi, dan sebagainya.
Kelebihan radikal bebas itu bisa terjadi, lanjut dr Saraswati, karena
proses penuaan, infeksi penyakit, makanan yang kurang seimbang (banyak
karbohidrat dan lemak), menghirup udara yang tercemar, mengonsumsi
makanan yang terkontaminasi radiasi, serta kemoterapi.
Paling Berbahaya
Secara sederhana, Saraswati menjelaskan, jika kelebihan radikal bebas itu menghantam DNA, maka yang bersangkutan akan terkena autis. Jika yang diserang adalah protein pengendali jaringan pertumbuhan (P53), maka pengendalian jaringan tak berfungsi, terjadilah kanker.
Dan, ketika yang terkena radikal bebas adalah virus, maka virus itu menjadi lebih ganas karena mengalami mutasi genetik.
Di antara radikal bebas itu, Mercuri (Hg) tergolong yang paling
berbahaya. Hg dapat dengan mudah memproduksi elektron ke dalam bentuk
yang sangat reaktif. Kelebihan Hg radikal bebas akan menyebabkan kanker,
autis, shizoprenia, dan berbagai penyakit kelainan genetik.
Menurut Yoshiaki Omura, peneliti dari Jepang, semua sel kanker mengandung Hg di dalamnya.
Dengan latar belakang seperti itu, maka untuk terapi kanker dan
penyakit lainnya adalah menetralkan radikal bebas di dalam tubuh
manusia, atau mengeluarkannya dengan detoksifikasi.
”Pada prinsipnya, terapi balur, memasukkan asap divine kretek serta asam amino adalah juga detoksifikasi,” kata dr Saraswati.
Asam amino berfungsi melarutkan zat radikal bebas dan membuatnya
floating. Sedangkan terapi balur membuat radikal bebas yang floating itu
keluar dari tubuh manusia.
Dalam praktik, pembaluran dilakukan di atas lempeng tembaga, karena
pada prinsipnya radikal bebas mengandung muatan listrik. Maka, dengan
tidur di lempeng tembaga (Cu) yang dibumikan (grounding), proses
pengeluaran radikal bebas itu lebih mudah.
”Zat-zat radikal bebas yang keluar dari tubuh itu akan tampak bercak-bercaknya di lempeng tembaga,” kata Saraswati.
Sejak metoda ini dikembangkan awal tahun 2000-an hingga saat ini,
ribuan orang sudah mencobanya untuk berbagai kondisi sakit. Mereka bukan
pasien, melainkan relawan, karena mereka merupakan bagian dari
penembangan penelitian .
Saat ini Griya Balur tidak hanya di Jakarta, melainkan juga di
Malang, Jogja dan juga Semarang yang baru dibuka Juli 2011 lalu. Tidak
lama lagi, di Kudus juga akan dibuka. (Anto Prabowo -43)
Sumber: Suara Merdeka, 19 September 2011
Kalau toh sudah perokok kretek, memang sebaiknya terkadang diarahken dng treatment balur ini biar keseimbangan tetap terjaga dan immune system bisa berfungsi dng baik
kami terkesan dg metode ini, kebetulan anak kami sedang kambuh kankernya, spsksh di Surabaya sudag dibuka rumah balur? kami mohon advice secepatnya. terima kasih.
ini yg sgt saya butuhkan sekarang, rokok divine ada g yg dijual bebas dalam bentuk rokok? dimana ya saya bisa dapat itu? mksh
Panjenengn bisa Hub sy di 081914141455
Kebetulan sy jg ikut Mengembangkan Metode Penemuan Ibu Dr Greta
Matur nuwun
boleh minta alamat Dr. Gretha di Malang atau kota lain dng nomor telephonenya
boleh minta alamat Dr. Gretha di Malang atau kota lain dng nomor telephonenya
adakah tempat praktek disekitar/dekat kota Semarang?
luar biasa
Mohon infonya untuk kanker pankreas apa jga bsa disembuhkan dengan metode tersebut.,mhon dibalas mksh.
Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp1 miliar (UU ITE)
Hati2 kalau menerima info..
Pak Bu, bgmn penyakit kanker pankreas nya apakah sudah sembuh ?
This comment has been removed by the author.